Rabu, 26 April 2023

15 Tahun Pertemanan

Aku menuliskan nya pada 26 April 2023, saat aku tidak lagi melakukan komunikasi dengan temanku.
Mungkin akan melakukan komunikasi lagi saat aku sudah menikah nanti.

Aku membanggakan pertemanan kami, 15 tahun berteman.
Aku mengenal manusia ini sejak 2007, saat duduk di bangku kelas VII SMP.
Oleh sebab itu, Aku akan menuliskan penggalan cerita pertemanan kami.

Aku adalah perempuan kecil yang cukup ribut saat di kelas kala SMP. Karena aku menganut agama Kristen, maka kelasku adalah urutan paling akhir dalam abjad kelas, VII F. Sudah layak dan sepantasnya jika non muslim ada di kelas paling akhir. Sudah menjadi rahasia umum pada zaman nya jika kelas A adalah kelas golongan siswa pandai nan berprestasi dan ndlosor di kelas F berupa kelas yang berisi kumpulan bocah-bocah ribut, nakal, trouble maker, non muslim atau anak pintar yang saat UN SD sedang sial. Hahaha.

Seperti biasa, aku menjadi pendiam ketika awal masuk lingkungan baru, begitu pula saat aku masuk di SMP tersebut. Biasalah, cek ombak, cek pergaulan, cek mana yang bisa dipersekutukan.

Kalo istilah jaman sekarang, kita bisa berteman dengan orang yang se-frekuensi. Aku heboh, menjadi ramah terhadap orang-orang, tetapi cukup ngeyel dan ribut ala anak SMP, jelas saja teman-temanku juga anak-anak laki yang ribut dan hobi gojek (tapi aku punya teman perempuan juga kok, Haha). Suatu ketika adalah pelajaran PKn, guruku bernama Zunika Zudhei, jujur takut sih karena guru tersebut masuk dalam golongan guru galak. Pelajaran tersebut memiliki aturan, jika ribut/ berisik/ cerita sendiri/ tidak memperhatikan, maka akan diminta untuk membaca materi bahasan dalam kelas. Sialnya, walaupun ribut dengan cara menunduk-pun, aku ketahuan ribut dengan teman-teman laki-laki (gerombolan Samba dan Windu atau entah siapa waktu itu). Aku diminta membaca bagian dasar negara sebelum adanya Pancasila, Peri Kemanusiaan dan peri-peri lainnya. Namun saat aku membaca, anak laki-laki dalam kelas tertawa terbahak-bahak hingga dalam kehidupan sehari-hari, itu sering digunakan untuk mengejekku, aku tidak tahu maksudnya apa, hingga waktunya aku tumbuh dewasa, akhirnya aku tahu, Hmmm deh.

Sungguh, sial. Mereka jadi tahu kalo aku celat.

Tapi tenang, terlahir celat tidak membuatku patah semangat, asyikin ajaaa brader.
Kehidupan kejar-kejaran, pukul-pukulan hingga perang bola-bola kertas lewat lubang antar dinding dengan manusia-manusia bebal penghuni VII E pun dijabanin (kelas VII E dan VII F berada paling pojok dengan langit-langit tanpa eternit jadi ada akses untuk bisa perang bola-bola kertas). Jam kosong adalah surga bagi kami pecandu gojek-gojek.

Judul pada tulisan kali ini, 15 tahun pertemanan, dengan bangga saya kenalkan, seorang Samba Aditya. 
Saya mengenalnya sejak kelas VII (2007) dan saya memutuskan untuk tidak lagi chat/ komunikasi menjelang pernikahannya (2022).

Tahun 2008, kami terpisah kelas. Samba yang lebih dikenal dengan nama Gembul, selanjutnya dan seterusnya dengan sebutan yang sudah melekat itu. Dia adalah temanku yang pintar di kelas, namun berisik dan tidak bisa diam. Mungkin dia adalah golongan yang tidak beruntung saat UN SD sehingga nilainya jelek lalu masuk ke VII F (bagian ini saya mengira-ira). Karena dia masuk kasta siswa pandai, maka dia masuk kedalam kelas VIII A sedang saya tetap di VIII F (walaupun saya pandai juga kala itu, maklum Kristen).
Kelas VIII A dan VIII F itu terpisah jauh. Kehidupan kelas VIII saya lupa tentang cerita pertemanan kami. Ternyata saya sudah punya tabiat melupakan teman saat punya kehidupan baru sedari SMP. Haha (just kidding bro).

Tahun 2009, kami naik ke kelas IX, Yeeeyyy!
Kelas IX F dihuni oleh pecahan kelas VII F dengan jumlah yang lebih sedikit, karena Gembul adalah Samba (S) maka dia masuk dalam kategori abjad akhir dan masuk dalam kelasku. Aku pendiam saat berada pada golongan pertemanan anak perempuan (Mimin, Nutri, Okky, Rina, Sherly, Ulfa, Veny dan Winda, ya kan namanya abjad pertengahan hingga akhir, C itu ya cuma nyempil aja) karena mereka suka bahas cinta-cintaan level dewa. Aku masih terjerumus dengan pertemanan pekok dengan kaum-kaum Adam yang seluruh hidupnya di dedikasikan untuk gojek-gojek.
Inilah nama-nama teman gojek-gojekku, ada yang nyebelin setengah mati juga, Thomas, Gembul dan Windu. Teguh dan Ridwan Abinowo teman baik sih tapi lebih seriyes.

Kali ini aku cerita tentang Gembul aja. Aku sesekali pulang sekolah bareng dengan mengendarai sepeda masing-masing. Kalo sudah sampai rumah, selalu chattingan dan membahas Kera Sakti. Sembari nonton Kera Sakti, kami ber-adu argumen dan saling olok mengenai tokoh didalamnya, katanya, aku adalah Patkay sedang dia adalah Kera Sakti yang lincah dan pemberani, tokoh lain yang tidak andil dalam tontonan tivi namun terseret adalah Yoga (Go Mo Ong/ Raja Kerbau) karena bentuk hidungnya yang menjulang dan suka nantang-nantang layaknya preman.
Selain itu, kami adalah dalang dari perempuan bayangan yang mengerjai teman kami dengan cara membeli nomor ponsel IM3 untuk menggoda dan mengajak kenalan. Kurang ajar memang, bagian ini tidak baik.

Kami menjadi lebih dekat lagi akrab saat berada di bangku kelas IX, juga karena harus membuat pementasan Drama Bahasa Inggris. Aku sangat bersemangat dalam setiap sesi latihan dimana aku berperan sebagai Ibu Ciung Wanara dan Gembul menjadi Ciung Wanara. Pada saat itu aku menyadari jika sepertinya aku naksir pada teman berkelahiku itu.

Sekolah Menengah Pertama selesai, kami berpisah. Aku menjadi siswi di SMA 1 Sewon, sedang Gembul di SMTI. Kami tumbuh dengan lingkungan masing-masing namun tetap berkabar saat masih duduk di kelas X , intensitas chat mulai berkurang disaat ku menginjak kelas XI, aku sibuk dengan pertemananku sendiri juga dengan cintaku yang baru. Ah selepas SMP, aku sudah berpindah ke lain hati, Hehehe.

Selepas SMA, aku melanjutkan di Universitas sedang Gembul memilih jalan untuk pergi bekerja, merantau ke Tangerang. Sekolah Teknik Industri mengantarnya bekerja di pabrik Cat (seingatku). Aku lupa bagaimana kami berpisah waktu itu. Aku hanya ingat bahwa saat pulang ke Jogja, kami bermain ke pantai Depok bersama dengan Ridwan dan Teguh, semua dana wisata ditanggung Gembul. Haha

Selanjutnya apa ya, tidak kontak lagi.
Tidak lupa, Gembul selalu ku jodoh-jodohkan dengan Venny 👀.

Kami kembali berkontak saat pandemi Covid 2019.
Aku selalu merengek-rengek minta diajak sepedaan saat Gembul posting sepeda-sepedaan dengan teman-temannya. Mungkin dia bosan sehingga dia akhirnya mau sepedaan denganku dan Lilik. 
Kami bersepeda setiap sabtu selama beberapa bulan saat pandemi. Kadang hanya berdua, namun aku memilih bertiga supaya ijin dengan orang tua lebih enak, sebab mamakku khawatir jika aku naksir Gembul. Hahaha.

Aku tumbuh menjadi perempuan yang suka berfoto, namun Gembul tidak, dia risih dengan kamera 😆
Aku mulai berhenti bersepeda bersama saat pendemi karena apa ya, lupa sih, tapi aku punya pacar, mungkin karena itu.

Kata Gembul, aku selalu melupakan dia dan cuek saat aku asyik dengan orang lain.
Normal sih ya.

Dulu Gembul tidak suka dengan pacarku yang kupuja-puja dan kujunjung setinggi langit, entah bagaimana dia menilai pujaan hatiku, jantung hatiku belahan jiwaku itu. Sirik kali ya.

Baiklah cerita ini akan bersambung di tulisan berikutnya saja.
______________
3 September 2024, tadi sore aku tidur, lalu agak malam keluar minum kopi di Matakopian. Alhasil 01.07 WIB aku masih terjaga.

Singkat cerita, setelah aku putus dengan pacar sekitar awal 2021, aku juga jadi enggak kontak Gembul untuk sekedar membeli kopi ataupun sepeda-an. Ya, aku cuekin dia, bukan karena sibuk dengan orang baru, namun aku sedang berkabung 🤣

Bulan berganti hingga di tahun 2022, aku mendapat undangan pernikahan Ulfa.
Gembul WhatsApp aku. Dia mengajak pergi bersama, aku mengiyakannya. Dia mau menjemputku, namun aku menolak, aku tidak suka berboncengan didaerah rumahku bersama laki-laki, pun bingung izin dengan orang tua harus bagaimana jika aku di jemput Gembul. Akhirnya dia mempunyai ide, bagaimana jika dia pinjam jaket "Go-Jek" dan berpura-pura sebagai karyawan ojek online. Tentu aku tidak setuju, seumur-umur aku pakai motor, bukan ngojek. Aku memutuskan untuk naik motor masing-masing secara beriringan.

Selanjutnya dia selalu berkirim pesan, persis seperti saat kami masih SMP. Hingga disuatu hari, Gembul mengirim pesan, kira-kira begini bunyinya: Mau nggak jadi pacarku?
Aku membercandainya dan berfikir dia sedang bercanda, namun di ulanginya sehingga aku memikirkan jawaban. Sembari mengulur-ulur jawaban, aku tetap merespon setiap pesan yang masuk secara berbalas, namun dia menekankan bahwa pasti aku tidak mau-kan kalo itu sungguh-sungguh. Waktu untuk mengulur mungkin sekitar satu Minggu, jawabanku memang menggantung. Pertimbangannya adalah karena dia muslim. Itu saja.

Aku sedikit lupa bagaimana kronologinya bahwa dia menyatakan bahwa dia memiliki pacar, akan menikah dan aku seperti dipermainkan saat itu juga.

Bagaimana aku bisa merasa dipermainkan?
Dia memiliki pacar, sudah hampir menikah namun menyatakan perasaannya padaku.

Saat aku menjadi pacar Marcio, aku sudah tidak mau lagi keluar, bersepeda juga malas-malasan dalam membalas chat-nya. Aku sering bilang, pacarku ganteng, pujaan hatiku, pokoknya terbaik lah, walaupun dia selalu mencela.
Dan ternyata itu adalah momen patah hatinya. 
Bagaimana aku tahu? 
Ya. Tahun 2022, menjelang pernikahannya. Dia mengirim banyak screenshoot ajakan untuk keluar namun enggan dia kirim padaku. Lalu aku ingat bahwa dia mengirim gambar hati yang diterbangkan oleh elang, padaku, namun saat itu aku tidak menyadarinya. Kukira dia hanya coba-coba tren TikTok. Saat ini terjadi, timeline dimana aku sedang pendekatan dengan Marcio.

Gembul menikahi perempuan yang selama masa patah hatinya menjadi tempat bercerita. Sehingga, saat menjelang pernikahannya, calon isterinya follow instagramku dengan akun jualannya. Hal tersebut ku ketahui dari Gembul. Akhirnya aku menghapus pertemanan juga history pesan, penandaan dan history percakapan di dinding Facebook kami. Menghapus pula pertemanan di Instagram.

Jika hanya ingin tahu hatiku, tidak perlu dia membuatku berfikir bagaimana cara menjawab yang ternyata laki-laki tersebut sudah hampir menikah. 

Akhirnya kami pergi pada pernikahan Ulfa, dengan sepeda motor beriringan. Sepulang dari rumah Ulfa, aku merasa sedih sekali, awalnya kami janjian setelah pulang ke Matakopian namun urung. Aku pergi ke Gereja St. Antonius Kotabaru, menangis. Aku sedih sekali. Temanku akan menikah, siapakah yang akan menemaniku.

Aku masih marah namun Gembul membujukku. Sepulang dari gereja dan beberapa hari kemudian hatiku terasa pulih.

Sampai pada akhirnya Gembul bertamu kerumahku, titip beberapa undangan pernikahan teman-teman kami. Saat dirumahku, calon isterinya meminta Gembul untuk mengirim share location rumahku, aku tidak mengizinkannya. Setelah Isha dia meminta izin pulang, disamping rumahku, dia memegang tanganku lamaaaaa. Hal yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.

Aku tidak menghadiri pernikahannya, dia memintaku untuk tidak menghadirinya.

Aku jatuh hatinya pada masa kanak-kanak, kelas IX SMP. Saat itu aku merasakan sepertinya dia juga menyukaiku. Ternyata benar, dan baginya bertahan sangat lama.

Dia mengenalkan ku sebuah lagu, Rumah ke Rumah- Daniel Baskara, Hindia.
Dia ingin aku mengenangnya sebagai rumah.
Aku terus mencecar maksudmu apa, akhirnya aku mengiyakan.

Rumah ke Rumah (Hindia)
Menyesal tak kusampaikanCinta monyetku ke Kanya dan RebeccaApa kabar kalian di sanaSemoga hidup baik-baik sajaTak belajar terkena getahnyaSaat bersama Thanya dan SaphiraKupercaya mungkin bukan jalannyaNamun kalian banyak salah jugaJika dahulu ku tak cepat berubahIni maafku untukmu SharfinaSegala doa yang baik adanyaUntukmu dan mimpimu yang mulia

Pindah berkala rumah ke rumahBerharap bisa berujung indahWalau akhirnya harus berpisahTrima kasih karna ku tak mudahPindah berkala rumah ke rumahBerharap bisa berujung indahWalau akhirnya harus berpisahTrima kasih karna ku tak mudah
Hm

Maaf jika ku sering buat susahIndisya Panda Anggra Caca SismitaPrempuan terkuat dalam hidupkuTerjanglah apa pun yang kalian tujuKau datang saat gelapku merekahSeluruh hatiku untukmu MeidianaKau pantas dapatkan yang baik di duniaSmoga kita bertahan lama

Mamakku selalu khawatir saat aku selalu bilang mau sepedaan dengan Gembul karena tahu kalo kami beda agama. Hingga aku sering membuat nama fiktif bahwa kami bersepeda rame-rame. 

Satu hal yang tentu, dia menyadari bahwa kita tidak mau meninggalkan Allah masing-masing. Lagi katanya, dia mendengar lagu cinta beda agama, menghidupinya bertahun-tahun hidupnya dengan "nggerus".

Tahun 2022, Gembul menikah dengan perempuan muslim. Selamat berbahagia, teman kanak-kanakku.
Sejak saat itu aku tidak lagi mengirim pesan apapun pada Gembul dan sebaliknya.


Minggu, 09 April 2023

Minggu Paskah 9 April 2023

Saat saya scroll instagram malam ini, pukul 22.00, saya tidak bisa tidur. 
Saya memikirkan seseorang yang sangat saya rindukan, Jewish.
Tapi saya memilih untuk tidak mengatakannya.

Chicken soup menulis "The Great of Easter is Hope", saya mengingat kembali bahwa paskah beberapa tahun lalu, saya menuliskan bahwa Paskah adalah Harapan. 
Saat itu 2017, harapan saya adalah Wisuda. Saya ingat betul, saya selalu mulus dalam proses pendidikan di Universitas, kecuali untuk skripsi yang tidak sesuai harapan. Rasanya seperti diambang lulus tahun itu yang entahlah atau tahun depan. Saya berusaha dengan keras, jauh lebih keras daripada 4 tahun mundur.
Akhirnya saya wisuda tahun itu, sebagai hadiah Paskah saya. 

Entah hadiah Paskah apa yang saya harapkan tahun ini.
Ah kiranya semua berjalan baik, Tuhan kuatkan dan cukupkan, sudah cukup.