Sabtu, 10 Desember 2022

Desember di Bandara

Seperti Desember 2020.
Aku kembali mengantar temanku ke Bandara Yogyakarta International Airport, Kulonprogo.
Mengantar orang yang sama diwaktu pagi, sama seperti 2 tahun lalu. 

Tinggal di Yogyakarta sedari kecil, mengenal orang yang hanya menetap untuk beberapa tahun, lalu pulang seusai pendidikannya selesai. 

Aku hanya mengingat kembali lalu menuliskannya.
Bahwa 2 tahun lalu, dalam pikiranku adalah "aku tidak akan bersama dengan orang ini dalam masa yang panjang (selesai studi, akan pulang), jadi selagi aku bisa punya waktu dan kesempatan, kenapa tidak".
Tidak ada pemikiran lain yang menyelubungi tindakan ku waktu itu, notabene aku punya kekasih waktu itu.

Perempuan membawa motor dari Sewon-YIA, ku rasa bukan lelucon. 
________________________________________
Tahun ini begitu juga, walaupun rencana awal adalah naik kereta api bandara.
Sejak tahun lalu, Yogyakarta punya kereta api bandara, mau ikut sekalian mencoba kereta baru, tahun depan aku mau naik kereta ke bandara.

Tiket bisa dibeli melalui aplikasi, namun temanku tidak beli dijauh hari dengan pemahaman bahwa tiket bisa dibeli sewaktu di stasiun. Aku menyarankan namun mengiyakan saja sebab mungkin beda dengan beli tiket kereta biasa yang kami beli, dimana beli online lalu ke stasiun tinggal cetak boarding pass.
H-1 keberangkatan, temanku cek hanya ada 1 tiket kereta jam 06.00-an dan 3 tiket kereta jam 08.00-an, lalu dengan santai aku menjawab, yasudah berarti aku nggak boleh ikut sampai bandara (dengan emoji berlinang air mata tapi tidak menangis itu lho).

Singkat cerita saat di cek kembali, semua tiket ludes. Nanti beli langsung distasiun pada hari keberangkatan aja mbak, aku oke-in aja.

Benar saja, pukul 05.02 WIB aku pergi dari rumah, menjemput sang teman yang ternyata masih mandi. Lalu dengan kencang, menuju stasiun Tugu.
Alhasil tiket habis.

Setelah berfikir sebentar dan kilat, diputuskan naik motor ke bandara.
Carier di depan, oleh-oleh dan ransel ditengah.

Temanku lah yang membawa motor.

"Mas, ini mau ke bandara, bukan kota-kota"
Lucunya temanku membawa motor dengan kecepatan kota-kota, sungguh pelan dan santai.

Sedikit perjalanan, akhirnya kami gantian bawa motor, dia kasihan kalo aku bawa ransel berat, entah lah karena males nyetir atau sungguh kasihan dengan pundakku.

Aku cukup lihai dalam berkendara. 
Oke. 
See you ya.